Sabtu, 10 Maret 2012

Contoh Kasus Classical Conditioning



Pertama-tama saya ingin memperkenalkan diri saya. Nama saya Darmayantie Syahputri tapi biasanya keluarga dan teman-teman saya memanggil saya dengan sebutan dinda. Lahir dengan selamat di dunia dan satu-satunya produk Tuhan yang limited (point terakhir ini kurang penting, bisa diabaikan) 
                Dalam setiap aspek tingkah laku dalam kehidupan kita, terdapat sebagian besarnya merupakan hasil belajar yang kita lakukan. Belajar dalam pengertian saya sendiri merupakan proses yang terjadi dalam kehidupan kita dan terjadi secara berkelanjutan hingga akhir hayat kita, serta menghasilkan sebuah perubahan dalam sudut pandang kognitif, afektif maupun psikomotor (tingkah laku), baik yang kita tampilkan secara langsung ataupun bersifat abstrak. Sehingga belajar tidak hanya menghasilkan sesuatu yang positif, sehingga dalam proses belajar yang dilakukan, setiap orang harus dapat menyaring informasi yang didapatkan dari lingkungan luar sehingga tidak terjadi kontaminasi dengan pengaruh negatif dari luar (lingkungan).
                Classical conditioning sendiri merupakan bagian dari proses belajar yang kita alami, baik yang kita sadari ataupun tidak. Dalam contoh kasus yang akan saya paparkan adalah mengenai pengalaman yang terjadi dalam kehidupan saya yang merupakan bagian dari classical conditioning.
                Suatu saat (sekitar 12 tahun yang lalu), ayah saya membeli sebuah mobil yang memiliki suara mesin yang sangat keras. Bahkan, dari jarak 200 meter suara mobil tersebut dapat terdengar dengan cukup jelas. Jadi, suatu ketika ayah saya pulang kerja dengan menggunakan mobil barunya tersebut. Ketika dia hendak memarkirkan mobilnya ke garasi dia tidak membunyikan suara klakson sebagai tanda bahwa ia sudah pulang dan hendak minta tolong dibukakan pagar untuk memarkirkan mobilnya. Dia menganggap bahwa , suara klakson hanya akan mengganggu tetangga di sekitar rumah kami. Jadi, pada saat itu saya masih belum terbiasa dengan suara mesin tersebut, sehingga butuh waktu beberapa lama untuk dapat mengetahui bahwa suara yang berasal dari luar itu adalah suara mobil ayah saya. Hingga suatu ketika ayah saya menegur saya karena tidak membukakan pagar padahal ayah saya sudah menunggu untuk dibukakan.
                Keadaan ini terjadi lebih dari satu kali, sehingga saya belajar untuk dapat mendengarkan suara mesin mobil  ayah saya dengan tepat. Hingga pada akhirnya saya dapat membukakan pagar sesuai waktu kedatangan ayah saya (walaupun tetap tidak membunyikan klakson), tanpa ada insiden ditegur, kecuali apabila saya shalat atau mandi atau melakukan aktivitas lain yang tidak memungkinkan saya untuk membukakan pagar.
                Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Bagaimana penjelasannya?



Pembahasan
                Dalam Classical Conditioning terdapat istilah sebagai berikut :
UCS        : Stimulus (rangsangan) yang menghadirkan respon alamiah.
UCR       : Respon/reaksi yang diberikan secara alamiah
CS           : Stimulus yang tidak akan menghasilkan respon apabila tidak dipasangkan dengan UCS
CR           : respon yang diberikan ketika didatangkan stimulus netral tanpa dipasangkan dengan UCS.

                Dalam kasus ini, saya akan menjelaskan bagaimana saya bisa belajar untuk merespon stimulus yang didatangkan kepada saya dengan frekuensi dan timing yang tepat.
Sebelum pengkondisian
·         Suara mesin mobil tanpa klakson                               diam tanpa respon
Pengkondisian
·         Suara mesin mobil + ditegur                                         membukakan pagar
(Stimulus netral + UCS)                                                      (UCR)
                Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Dengan waktu jeda antara suara mesin mobil dan tidak dibukakan pagar dengan ditegur dan dimarahi sekitar 5 menit. Sehingga, setelah beberapa waktu kemudian, pola telah berubah menjadi :
Setelah pengkondisian
·         Suara mesin mobil                                                            membukakan pagar
(CS)                                                                                             (CR)
                Hingga akhirnya, saya terbiasa untuk membukakan pagar pada saat ayah saya pulang bekerja tanpa ada kode klakson yang dibunyikan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar