Pertama-tama saya
ingin memperkenalkan diri saya. Nama saya Darmayantie Syahputri tapi biasanya
keluarga dan teman-teman saya memanggil saya dengan sebutan dinda. Lahir dengan
selamat di dunia dan satu-satunya produk Tuhan yang limited (point terakhir ini
kurang penting, bisa diabaikan)
Dalam
setiap aspek tingkah laku dalam kehidupan kita, terdapat sebagian besarnya
merupakan hasil belajar yang kita lakukan. Belajar dalam pengertian saya sendiri
merupakan proses yang terjadi dalam kehidupan kita dan terjadi secara
berkelanjutan hingga akhir hayat kita, serta menghasilkan sebuah perubahan
dalam sudut pandang kognitif, afektif maupun psikomotor (tingkah laku), baik
yang kita tampilkan secara langsung ataupun bersifat abstrak. Sehingga belajar
tidak hanya menghasilkan sesuatu yang positif, sehingga dalam proses belajar
yang dilakukan, setiap orang harus dapat menyaring informasi yang didapatkan
dari lingkungan luar sehingga tidak terjadi kontaminasi dengan pengaruh negatif
dari luar (lingkungan).
Classical
conditioning sendiri merupakan bagian dari proses belajar yang kita alami, baik
yang kita sadari ataupun tidak. Dalam contoh kasus yang akan saya paparkan
adalah mengenai pengalaman yang terjadi dalam kehidupan saya yang merupakan
bagian dari classical conditioning.
Suatu
saat (sekitar 12 tahun yang lalu), ayah saya membeli sebuah mobil yang memiliki
suara mesin yang sangat keras. Bahkan, dari jarak 200 meter suara mobil tersebut
dapat terdengar dengan cukup jelas. Jadi, suatu ketika ayah saya pulang kerja
dengan menggunakan mobil barunya tersebut. Ketika dia hendak memarkirkan
mobilnya ke garasi dia tidak membunyikan suara klakson sebagai tanda bahwa ia
sudah pulang dan hendak minta tolong dibukakan pagar untuk memarkirkan
mobilnya. Dia menganggap bahwa , suara klakson hanya akan mengganggu tetangga
di sekitar rumah kami. Jadi, pada saat itu saya masih belum terbiasa dengan
suara mesin tersebut, sehingga butuh waktu beberapa lama untuk dapat mengetahui
bahwa suara yang berasal dari luar itu adalah suara mobil ayah saya. Hingga
suatu ketika ayah saya menegur saya karena tidak membukakan pagar padahal ayah
saya sudah menunggu untuk dibukakan.
Keadaan
ini terjadi lebih dari satu kali, sehingga saya belajar untuk dapat
mendengarkan suara mesin mobil ayah saya dengan tepat. Hingga pada
akhirnya saya dapat membukakan pagar sesuai waktu kedatangan ayah saya
(walaupun tetap tidak membunyikan klakson), tanpa ada insiden ditegur, kecuali
apabila saya shalat atau mandi atau melakukan aktivitas lain yang tidak
memungkinkan saya untuk membukakan pagar.
Mengapa
hal tersebut bisa terjadi? Bagaimana penjelasannya?
Pembahasan
Dalam Classical Conditioning terdapat istilah sebagai berikut :
UCS :
Stimulus (rangsangan) yang menghadirkan respon alamiah.
UCR :
Respon/reaksi yang diberikan secara alamiah
CS :
Stimulus yang tidak akan menghasilkan respon apabila tidak dipasangkan dengan
UCS
CR :
respon yang diberikan ketika didatangkan stimulus netral tanpa dipasangkan
dengan UCS.
Dalam
kasus ini, saya akan menjelaskan bagaimana saya bisa belajar untuk merespon
stimulus yang didatangkan kepada saya dengan frekuensi dan timing yang tepat.
Sebelum pengkondisian
· Suara mesin mobil
tanpa
klakson → diam tanpa respon
Pengkondisian
· Suara mesin mobil +
ditegur → membukakan pagar
(Stimulus netral +
UCS) (UCR)
Hal
ini dilakukan secara berulang-ulang. Dengan waktu jeda antara suara mesin mobil
dan tidak dibukakan pagar dengan ditegur dan dimarahi sekitar 5 menit. Sehingga,
setelah beberapa waktu kemudian, pola telah berubah menjadi :
Setelah pengkondisian
· Suara mesin
mobil → membukakan pagar
(CS) (CR)
Hingga
akhirnya, saya terbiasa untuk membukakan pagar pada saat ayah saya pulang
bekerja tanpa ada kode klakson yang dibunyikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar