1. Kedudukan
psikologi sekolah dalam ilmu psikologi
Bidang
psikologi sekolah terkait dengan dan psikologi klinis. Psikologi sekolah
sebenarnya berasal dari psikologi funsional. Psikolog sekolah tertarik terhadap
perilaku anak-anak, proses belajar dan disfungsi dalam kehidupan ataupun
disfungsi otak. Mereka ingin memahami penyebab perilaku dan
pengaruh prilaku terhadap belajar. Psikologi sekolah juga
merupakan contoh paling awal dari psikologi klinis, dimulai
sekitar 1890. Walaupun psikolog klinis dan psikolog sekolah
memiliki tujuan yang sama yaitu sama-sama ingin
membantu meningkatkan kehidupan anak-anak, terdapat pendekatan yang
berbeda. Psikolog sekolah lebih memperhatikan
pembelajaran sekolah dan masalah perilaku anak, sedangkan
psikolog klinis lebih berfokus pada kesehatan mental.
2. Perbedaan
Psikologi Pendidikan dan Psikologi sekolah
Tidak
terdapat begitu banyak perbedaan yang signifikan antara psikolog pendidikan
dengan psikolog sekolah, karena keduanya bergerak di dalam dunia
belajar-mengajar dan memiliki satu tujuan yang sama, yakni untuk meningkatkan
mutu atau kualitas pendidikan. Berikut beberapa perbedaannya dari berbagai
segi:
a. Defenisi
Psikologi
pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara
memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi
pendidikan merupakan gabungan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial,
sehingga hampir sebagian besar teori-teori yang ada dalam psikologi
perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan.
Psikolog
pendidikan memiliki andil dalam merancang kurikulum pendidikan yang disesuaikan
dengan usia perkembangan anak dan berperan untuk senantiasa memonitor perilaku
anak didik di lingkungan sekolah, keluarga ataupun masyarakat melalui
komunikasi dua arah dengan orang tua anak.
Psikologi sekolah adalah bidang
psikologi yang menerapkan prinsip-prinsip psikologi klinis dan
psikologi pendidikan untuk diagnosis dan penanganan
masalah perilaku dan belajar pada anak-anak dan remaja di
sekolah.
Psikolog
sekolah harus peka dan dapat membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan
internal yang dapat menghambat proses belajar dan pencapai prestasi siswa
serta dapat menjadi partner bagi guru BK (bimbingan karir), yang notabene
dituntut lebih aktif tampil di depan kelas untuk membimbing siswa dalam proses
pengembangan diri dan karir. melakukan diagnostik dalam arti luas,
pelaksanaan tes; melakukan wawancara dengan siswa,guru, orangtua dan orang lain
yang terlibat dan mempengaruhi pendidikan siswa; observasi dilingkungan
sekolah; serta mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa.
Sederhananya,
psikolog pendidikan lebih diidentifikasi sebagai teoris dan peneliti, sedangkan
psikolog sekolah lebih diidentifikasi sebagai praktisi di sekolah.
b. Tujuan
Psikologi pendidikan berupaya
untuk memahami aspek dasar pembelajaran manusia dan mengembangkan bahan dan
strategi untuk meningkatkan proses pembelajaran, sedangkan,
Psikologi
sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik
dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi yang
bertujuan untuk membentuk mind set anak.
c. Tugas
dan Peran
Ø Psikolog
Pendidikan :
· mengamati dan berkonsultasi dengan
multi-lembaga untuk memberikan saran tentang pendekatan terbaik dan
ketentuan yang dapat mendukung pembelajaran dan pengembangan;
· mengembangkan dan mendukung program pengelolaan terapi
dan perilaku;
· merancang dan mengembangkan kursus untuk orang
tua, guru dan lain-lain yang
terlibat dengan pendidikan anak-anak dan remaja;
Ø Psikolog
Sekolah :
· Berkonsultasi dengan guru, orang
tua, administrator, dan masyarakat penyedia kesehatan mental tentang belajar,
sosial, dan masalah perilaku;
· Terlibat dalam kegiatan sekolah
dalam aktivitas menyehatkan;
· Membantu pendidik dalam membuat
suasana kelas dan lingkungan sekolah yang aman, sehat dan tenang;
3. Fungsi
sekolah sebagai agen perubahan
Lembaga
Pendidikan seperti sekolah adalah tempat transfer ilmu pengetahuan dan budaya
(peradaban). Melalui praktik pendidikan, peserta didik diajak untuk memahami
bagaimana sejarah atau pengalaman budaya dapat ditransformasi dalam zaman
kehidupan yang akan mereka alami serta mempersiapkan mereka dalam menghadapi
tantangan dan tuntutan yang ada di dalamnya.
Oleh karena
itu sekolah bertujuan mempersiapkan masyarakat baru yang lebih ideal, yaitu
masyarakat yang mengerti hak dan kewajiban dan berperan aktif dalam proses
pembangunan bangsa. Melalui sekolah, gambaran tentang masyarakat yang ideal itu
dituangkan dalam alam pikiran peserta didik sehingga terjadi proses pembentukan
dan perpindahan budaya. Pemikiran ini mengandung makna bahwa lembaga pendidikan
sebagai tempat pembelajaran manusia memiliki fungsi sosial atau agen perubahan
di masyarakat.
4. Metode Pengajaran
Dalam Sekolah
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan
oleh guru atau instruktur. Dalam pengertian lain metode adalah teknik penyajian
yang digunakan oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada
siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan
digunakan oleh siswa dengan baik.
Mengajar sebagai bagian penting
dari upaya mencapai tujuan pendidikan tidak
dapat dipisahkan dari hakikat pendidikan itu
sendiri sebagai suatu bentuk usaha untuk memanusiakan manusia. Jika dihubungkan
dengan Pengertian Pendidikan diarahkan
untuk memingkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan
nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa sehingga alam lingkungan
sekolah dimaksudkan sebagai lembaga untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
sebagaimana yang ditegaskan dalam UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Siswa sebagai sasaran pembelajaran,
dituntut untuk meningkatkan kemampuan belajarnya sehingga dapat memiliki hasil
belajar yang baik agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa, maka salah satu komponen yang perlu mendapat
perhatian adalah penggunaan metode mengajar yang tepat agar siswa dapat
menguasai dan memahami konsep-konsep materi pembelajaran dan keterampilan.
Metode mengajar merupakan salah
satu aspek yang sangat penting oleh guru dalam proses belajar mengajar di
sekolah. Dengan menggunakan metode mengajar yang tepat diharapkan siswa dapat
memahami secara optimal materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Menurut
Djayadisastra (1985:13) mengemukakan bahwa “berhasil tidaknya siswa dalam
pembelajaran sangat tergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang dipergunakan
oleh guru”.
Beberapa jenis metode mengajar yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran antara lain: metode ceramah,
resitasi, tanya jawab, diskusi dan sebagainya. Namun metode ceramah lebih
banyak menuntut keaktifan guru daripada siswa, sehingga guru tidak mampu untuk
mengontrol sejauhmana siswa telah memahami uraian pelajaran yang telah
diberikan oleh guru, karena ketenangan atau kediaman siswa dalam mendengarkan
pelajaran belum pasti bahwa siswa telah memahami uraian dari pelajaran yang
diberikan oleh guru. Selain itu metode ceramah yang selalu digunakan dan
terlalu lama dapat menimbulkan kejenuhan dan kebosanan bagi siswa, sehingga
proses pembelajaran tidak berlangsung secara efisien dan tujuan pembelajaran
tidak tercapai sebagaimana yang diharapkan.
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan
adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang
ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Winarno yang dikutip oleh
Suryosubroto (2002:148) metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada
proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisinya sesuatu bahan pelajaran
diberikan kepada siswa di sekolah.
5. Permasalahan Siswa di Sekolah
Berikut ada lima daftar masalah yang
selalu dihadapi para remaja di sekolah.
1. Perilaku Bermasalah (problem
behavior). Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan
masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang digelar sekolah
misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan
seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour
akan merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya
sendiri.
2. Perilaku menyimpang (behaviour
disorder). Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau
yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak
terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami
behaviour disorder. Seorang remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang,
unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang
pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah
pada tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena
persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.
3. Penyesuaian diri yang salah
(behaviour maladjustment). Perilaku yang tidak sesuaiyangdilakukan remaja
biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam
menyelesaikansesuatutanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku
menyontek, bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian
diri yang salah pada remaja di sekolah menegah (SLTP/SLTA).
4. Perilaku tidak dapat membedakan
benar-salah (conduct disorder). Kecenderungan pada sebagian remaja adalah
tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct
disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering
menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil
orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak.
Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat
ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward)
saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang remaja di sekolah
dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perilaku anti
sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan,
tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya . Selain itu, conduct
disordser juga dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional deviant
disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur
permusuhan yang akan merugikan orang lain.
5. Attention Deficit Hyperactivity disorder, yaitu anak yang mengalami
defisiensi dalam perhatian sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol
dan menjadi hyperactif. Remaja di sekolah yang hyperactif biasanya mengalami
kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam
menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hyperactif tersebut
tidak memperhatikan lawan bicaranya. Selain itu, anak hyperactif sangat mudah
terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam
bermain bersama dengan temannya.
6. Peran
dan Fungsi Psikolog Sekolah
Dalam bidang pendidikan peran
psikologi atau psikolog khususnya lebih ditujukan untuk mengentasi masalah-masalah
yang dihadapi siswa dalam hal belajar baik dirumah ataupun disekolah, tetapi
bagi sekolah menengah pertama ini lebih kepada bagian Bimbingan dan Konseling
Siswa yang bertugas membimbing siswa-siswa yang bermasalah agar tidak berdampak
pada psoses belajar mereka. Kemudian juga dapat meningkatkan motivasi belajar
dari para siswa agar hasil belajar siswa meningkat. Dan mengupayakan sekecil
mungkin menekan berbagai masalah yang dihadapi siswa yang berhubungan dengan
proses belajar.
Kemudian psikodiagnostik sendiri
dapat berperan dalam melakukan serangkaian Tes Intelegensi atau Pemeriksaan
Psikologis bagi para siswa untuk penentuan jurusan bagi siswa SMP kelas 3 yang
sesuai dengan minat dan bakat mereka nantinya setelah mereka memasuki Sekolah
Menengah Umum ataupun Kejuruan.
Pelaksanaan psikologi dalam hal
diagnostik di sekolah:
· Pelaksanaan tes
Dalam hal ini, tes yang dilakukan
dapat berupa Tes IQ, psychotest ataupun tes minat dan bakat siswa.
· Melakukan wawancara dengan siswa,
guru, orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa.
Anak diharapkan dalam keadaan
senyaman mungkin, sehingga pertanyaan yang diajukan oleh psikolog sekolah dapat
dijawab dengan sebenar-benarnya dan mencapai ke-validitas-an data.
· Observasi siswa di kelas, tempat
bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya
Psikolog mengamati secara langsung
kegiatan sehari-hari siswa. Sehingga psikolog dapat secara langsung menarik
kesimpulan dari pola tingkah laku yang ditunjukkan oleh si anak.
· Mempelajari data kumulatif prestasi
belajar siswa.
Psikolog mengumpulkan seluruh hasil
belajar siswa baik dari segi kognitif, konatif dan psikomotor.
Dengan memaparkan beberapa hal diatas yang dilakukan oleh para psikolog sekolah
terhadap peserta didik, dapat kita tarik kesimpulan bahwa psikolog sekolah
berperan aktif dalam mengembangkan kemampuan anak, baik dalam bidang
akademik maupun non-akademik. Psikolog sekolah dapat memberikan apresiasi
terhadap peserta didik yang mengalami progress dalam hal studi maupun olahraga
ataupun memberikan motivasi kepada peserta didik yang dianggap menurun kualitas
akademiknya.
7. Hal-hal
yang Berkaitan dalam Kaitannya dalam Layanan Psikolog sekolah
Program Integratif
Program ini ditujukan untuk sekolah berupa paket
lengkap Layanan Konsultansi Psikolog Sekolah berupa program asesmen,
konseling, seminar dan pelatihan lengkap untuk siswa, guru dan orangtua selama
2 tahun berturut-turut. Program ini dapat disesuaikan dengan jenjang
sekolah (TK-SD-SMP-SMA) dan jumlah siswa yang ada di tiap sekolah.
Pembayaran untuk program ini dapat dilakukan dalam dua termin (setahun
sekali). Program Integratif ini terdiri dari Tiga Paket.
[Paket Jenius]
· Terdiri atas layanan:
· Psikotes siswa Semi Individual/ Klasikal (2x/2thn)
· Psikotes siswa Individual (2x/2thn),
· Konseling Siswa (8/2thn),
· Pelatihan Guru (2x/2thn),
· Konseling Guru (4x/2thn),
· Seminar Parenting Skills Untuk orangtua (2x/2thn)
· Pengarsipan Psychological Record siswa dan Guru (1
berkas/org)
[Paket Superior]
· Psikotes Semi Individual (2x/2thn)
· Psikotes Individual Pemetaan
(2x/2thn)
· Konseling siswa (8x/2thn)
· Outbound Training untuk siswa
(2x/2thn)
· Psikotes Klasikal Guru (1x/2thn)
· Konseling Guru (4x/2thn)
· Team Building dan Pelatihan Guru (1x/2thn)
· Parenting Skills Untuk orangtua (2x/2thn)
·
Pengarsipan Psychological
Record siswa dan Guru (1 berkas/org)
[Paket Gifted]
Paket Bebas Pilih layanan Psikologi selama dua tahun dengan minimal 3
program layanan/ 2 tahun, dengan harga paket yang lebih menguntungkan.
8. Perbedaan Antara Psikolog Sekolah, Psikolog Pendidikan, dan Guru BK
No.
|
Aspek perbandingan
|
Psikolog Pendidikan
|
Guru BK/BP
|
Psikolog Sekolah
|
1.
|
Jenjang pendidikan
|
Sarjana psikologi yang telah menjalani pendidikan
profesi (berhak membuka praktek)
|
Minimal sarjana strata 1 (S1) dari jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan (PPB), Bimbingan Konseling (BK), atau Bimbingan
Penyuluhan (BP)
|
Sarjana psikologi yang telah menjalani pendidikan
profesi (berhak membuka praktek)
|
3.
|
Tugas
|
membantu sekolah secara keseluruhan, sehingga
menjadi lebih efektif dalam mendukung kebutuhan khusus dari murid dalam
pendidikan, mengembangkan prosedur perilaku yang efektif, dan mengembangkan
kebijakan lebih efektif dalam rangka meningkatkan kinerja dan
kualitas sekolah
|
menempati bidang pembimbingan siswa dalam
keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan, yaitu pengembangan diri peserta
didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian
peserta didik di sekolah/madrasah
|
berperan dalam pengaturan kelas yang berhubungan
dengan psikologis siswa juga guru. Psikolog sekolah juga bisa memberikan
penilaian intelegensia guru, inovasi guru, dalam mengajar, dan lain
sebagainya.
|
5.
|
Efek terhadap anak didik
|
meningkatkan atau mengembangkan kehidupan anak
secara positif
|
mengembangkan hal-hal yang terdapat dalam diri anak
didik secara optimal agar dapat mengoptimalkan potensinya bagi dirinya
sendiri, lingkungan, dan masyarakat umum
|
memantau bagaimana prestasi siswa, kelakuan, dan
motivasi siswanya
|
Sumber :
Sukadji, S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok: Lembaga Pengambangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar